Sejumlah prajurit yang dahulu tergabung dalam suatu kesatuan Special Forces yang terkenal di dunia, bergabung dalam kesatuan Global Risk, perusahaan kesatuan tentara sukarelawan internasional.
Tentara sukarelawan mengemban misi-misi yang sulit untuk organisasinya, tetapi mereka memiliki perbedaan dengan Black List yang melakukan perusakan hanya untuk keuntungan pribadi. Dengan mengesampingkan imbalan berupa bayaran, tentara sukarelawan ini bertempur dengan alasan utamanya yaitu untuk memerangi terorisme. Berbekal pengalaman dan kemampuannya, Global Risk bertekad untuk mengembangkan sayapnya. Klien utama Global Risk adalah Negara dunia ketiga yang tidak memiliki tentara nasional, negara dengan daftar aksi teroris, dan misi rahasia PBB.
Black List adalah organisasi yang bergerak di bidang militer yang memiliki letak perbedaan dasar, yaitu mereka bekerja demi imbalan besar. Dimana ada perusahaan atau perorangan yang mampu membayar mereka dengan tinggi, mereka akan melakukan segala pekerjaan “kasar” yang berbahaya, seperti meledakkan tempat atau target tertentu yang lebih bersifat menebarkan kekacauan.
Black List adalah organisasi tentara bayaran yang mendukung dan menjalankan aksi perusakan.
Pendirinya tidak diketahui dan organisasi ini sangat rahasia. Walaupun begitu, mereka adalah organisasi yang bebas dari peraturan dari suatu Negara. Black List dibiayai oleh Hedge Fund, sebuah perusahaan penjual berlian di suatu Negara Eropa. Klien mereka umumnya adalah negara-negara tertindas dan miskin.
Global Risk adalah organisasi militer tanpa identitas nasional dan beranggotakan mantan prajurit dari Special Forces.
Didirikan oleh Sir Alex Roid, seorang anggota pensiunan SAS milik Angkatan Udara Inggris. Kemudian seorang pebisnis dari Amerika berkebangsaan Australia, Michael Norman, ikut membentuk organisasi ini menjadi organisasi bisnis. Dengan dasar prinsip pribadinya yaitu perdamaian dan kerjasama di dunia, Global Risk mengimplementasikan pembasmian terorisme dengan operasi rahasia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar